Halaman

Cahaya Pengetahuan Muslim

Jumat, 31 Juli 2015

Hukum Meninggalkan Sholat Jum'at


Shalat jum’at merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baligh, berakal, mukim (tidak dalam keadaan safar) dan sehat (tidak memiliki halangan) dan mendengar suara adzan untuk shalat jum’at, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,”Shalat jum’at wajib bagi setiap muslim dengan cara berjama’ah kecuali terhadap empat golongan, yaitu : budak, seorang wanita, anak-anak dan orang yang sakit.” (HR. Abu Daud)

Jadi pada asalnya tidak dibolehkan bagi seorang muslim yang memiliki persyaratan diatas kecuali yang termasuk dalam empat golongan untuk meninggalkan shalat jum’at berjama’ah. Terlebih lagi berbagai ancaman yang akan diberikan bagi mereka yang tidak mengerjakan shalat jum’at tanpa suatu alasan yang dibenarkan oleh agama.

Terhadap permasalahan yang dihadapi anda sebagai satpam pada hari jum’at maka anda harus berusaha terlebih dahulu untuk bisa mensiasati pekerjaan sehingga tetap bisa melaksanakan shalat jum’at tanpa mengabaikan pekerjaan yang akan membawa efek bahaya atau kerugian bagi orang lain atau masyarakat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan misalnya:
Meminta izin kepada atasan anda agar bisa melaksanakan shalat jum’at meski hanya pada pelaksanaan sholatnya saja. Menurut jumhur ulama jika seseorang mendatangi shalat jum’at dan masih mendapatkan ruku’ imam pada raka’at kedua maka ia masih mendapatkan shalat jum’at.

Namun jika memang betul-betul anda sangat khawatir akan keamanan tempat Anda bekerja jika ditinggalkan walau hanya sesat saja (sebatas dua raka’at shalat jum’at) maka diperbolehkan bagi anda untuk menggantikannya dengan shalat zhuhur berjama’ah dan jika memang tidak mungkin berjama’ah maka bisa dilakukan secara sendiri-sendiri.

Jadi dibolehkannya shalat jum’at sebagai pengganti shalat zhuhur adalah alternatif yang paling akhir setelah berbagai upaya sebelumnya tidak bisa dilakukan.

Namun Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menasihatkan kepada kita semua agar jangan sampai meninggalkan sholat jumat tiga kali berturut-turut, sebab dikhawatirkan hati menjadi tertutup karena meremehkan perkara yang sangat agung. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ

“Barangsiapa yang meninggalkan tiga salat jumat karena meremehkannya, Alloh akan menutup hatinya.” (HR. Abu Dawud)

Wallohua’lam

Sholat Tahiyatul Masjid dan Qobliyah Jum'at




Ada beberapa Penjelasan Tentang Sholat Tahiyatul Masjid dan Qobliyah Jum'at, diantaranya :

1. Mengenai Sholat Tahiyatul Masjid
Sholat tahiyatul masjid disyariatkan pada setiap saat, ketika seseorang masuk masjid dan bermaksud duduk di dalamnya. Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i & Imam Ahmad bin Hambal, yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah .
Dalam hadis yang diriwayatkanoleh Abu Qatadah . Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia Sholat dua rakaat sebelum dia duduk.”     (HR. Al-Bukhari no. 537 & Muslim no. 714)

Para ulama sepakat tentang disyariatkannya Sholat 2 rakaat bagi siapa saja yang masuk masjid & mau duduk di dalamnya. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai hukumnya. Mayoritas ulama berpendapat Sholat Tahiyatul Masjid adalah sunnah dan sebagian berpendapat wajib. Yang jelas tidak sepantasnya bagi kita seorang muslim meninggalkan syariat ini. Demikian, wallohu a’lam.

2. Tentang sholat sebelum jum’at(sholat jum’at).
Sebelumnya, perlu dibedakan antara sholat sunah khusus dengan sholat sunah mutlak. Sholat sunah khusus adalah sholat sunah yang dibatasi oleh jumlah rokaat, waktu, atau sebab tertentu. Misalnya, sholat sunah rawatib sebelum zuhur. Adapun sholat sunah mutlak adalah sebaliknya, tidak terikat dengan jumlah rakaat, waktu, atau sebab tertentu.

Pada penjelasan tadi, telah ditegaskan bahwa sholat sunah sebelum sholat Jumat sifatnya mutlak. Tidak terikat dengan jumlah rakaat dan waktu tertentu. Ini adalah pendapat Syafi’iyah dan bahkan pendapat mayoritas ulama, sebagaimana yang disampaikan oleh An-Nawawi. Di samping itu, tidak terdapat satu pun riwayat bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan sholat sunah khusus sebelum sholat Jumat.

Terdapat riwayat bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam sholat empat rakaat tanpa dipisah dengan salam sebelum sholat Jumat. Riwayat ini dibawakan oleh Ibnu Majah, namun sanadnya sangat lemah sekali, sehingga tidak bisa dijadikan dalil.

Untuk melengkapi pembahasan, berikut kami sebutkan beberapa alasan orang yang berpendapat adanya sholat sunah qabliyah Jumat, beserta bantahan atas pendapat tersebut:
A. Riwayat bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sholat dua rakaat sebelum sholat Jumat dan sesudahnya. 

Bantahan:
Riwayat di atas dan beberapa riwayat lainnya yang semakna, adalah riwayat yang lemah sekali. Sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Sebagaimana dijelaskan Syekh Abdul Quddus Muhammad Nadzir dalam Ahaditsu Al-Jum’ah, hlm. 315–316.
B. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam membiasakan sholat empat rakaat tanpa dipisah salam sebelum zuhur. Sholat ini dikenal dengan “sholat zawal”. 

Bantahan:
Hadis ini khusus untuk sholat zuhur, dan tidak bisa disamakan dengan sholat Jumat karena dalam hadis secara tegas disebutkan, “… Setelah matahari tergelincir sebelum sholat zuhur.” Padahal, sholat sunah sebelum sholat Jumat boleh dilakukan sebelum matahari tergelincir karena sholat ini dikerjakan sebelum khotbah, sedangkan khotbah Jumat boleh dimulai sebelum tergelincirnya matahari.
Di samping itu, menyamakan sholat Jumat dengan sholat zuhur adalah analogi yang salah karena sholat Jumat itu berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan sholat zuhur. (Zadul Ma’ad, 1:411)

C. Hadis Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma, yang menjelaskan bahwa beliau melakukan sholat sunah sebelum sholat Jumat dan dua rakaat sesudahnya. Kemudian, Ibnu Umar menegaskan bahwa Nabi dulu juga melakukan hal demikian. Penegasan Ibnu Umar ini menunjukkan bahwa Nabi melakukan sholat sunah sebelum sholat Jumat.

Bantahan:
Dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 3:351), “Ucapan Ibnu Umar, ‘Nabi juga melakukan hal demikian,’ maksudnya adalah menceritakan tentang sholat dua rakaat sesudah sholat Jumat bukan sholat sunah sebelum sholat Jumat.
D. Keumuman sabda Nabi , “Di antara dua azan, ada sholat sunah.”

Bantahan:
Alasan ini telah dijawab Ibnul Qoyyim sebagai berikut, “… Setelah Bilal selesai berazan, Nabi langsung berkhotbah, dan tidak ada satu pun sahabat yang melakukan sholat dua rakaat, dan azan hanya sekali. Ini menunjukkan bahwasanya sholat Jumat itu sebagaimana sholat ‘id, tidak ada sholat sunah sebelumnya. Ini adalah pendapat yang paling kuat di antara dua pendapat ulama (dalam masalah ini), dan demikianlah yang ditunjukkan oleh sunah, karena setelah Nabi keluar rumah, beliau naik mimbar dan Bilal langsung mengumandangkan azan sholat Jumat.
Setelah selesai azan, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam langsung berkhotbah, tanpa ada jeda waktu. Ini diketahui oleh semua orang. Kalau begitu, bagaimana mungkin sahabat bisa (punya waktu) sholat sunah (sebelum sholat Jumat)? Oleh karena itu, siapa saja yang meyangka bahwa setelah Bilal berazan, para sahabat melakukan sholat sunah, maka dia adalah orang yang berdusta terhadap ajaran Nabi .

Kesimpulan tentang sholat sunah qobliyah jumat: Tidak ada sholat sunah qobliyah Jumat. Apalagi jika sholat ini dilaksanakan setelah azan. Adapun sholat sunah yang dikerjakan ketika makmum masuk masjid di hari Jumat sambil menunggu imam, maka itu adalah sholat sunah mutlak, sehingga sholat ini bisa dikerjakan tanpa batasan jumlah rokaat.

Wallohu a’lam.

Kamis, 23 Juli 2015

Agar Menjadi Istri Yang Di Dambakan Suami


“ Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah “  
(HR. Muslim)

Menjadi istri sholihah adalah dambaan bagi setiap wanita muslimah yang senantiasa merindukan pertemuannya dengan Sang pemilik cinta sejati, yang tak pernah membuat kecewa para pecinta-Nya. Dia akan melakukan semua ketaatan yang akan menjembatani antara dia dengan keridhoan Robbnya. Salah satunya berusaha menjadi istri sholihah bagi suaminya, karena Alloh ‘Azza Wa Jalla akan memberikan keridhoan kepadanya saat suaminya meridhoinya.

Agar seorang istri menjadi dambaan suami, maka perhatikanlah point-point penting berikut ini:

1. Keteguhan beragama yang kuat
Seorang istri sholihah akan senantiasa mengingat dan memahami tujuan dia diciptakan, yaitu hanya untuk beribadah kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla, karenanya dia akan senantiasa taat dan patuh terhadap semua perintah Robbnya, dia selalu menunaikan sunnah nabi-Nya bahkan membantu suaminya untuk melaksanannya pula.

 2. Berakhlak mulia, berkepribadian lembut dan tenang
Sungguh beruntung seorang laki-laki yang menikahi wanita yang berakhlak baik, perkataannya baik, tidak neko-neko, tidak pendendam atau menyusahkan kehidupan suaminya dengan menentang, justru sebaliknya, ia selalu berterimakasih terhadap pemberian suaminya, karenanya suaminya akan meridhoinya dan Alloh ‘Azza Wa Jalla pun akan lebih meridhoinya.

 3. Haus terhadap ilmu-ilmu agama
Dalam menuntut ilmu, seorang wanita sholihah tidak berhenti pada batas waktu, atau tempat-tempat tertentu, karena dia tahu bahwa menuntut ilmu adalah ibadah yang dapat mendekatkan dirinya kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla, lebih-lebih karena secara syar’i menuntut ilmu adalah wajib.

4. Memahami posisi suaminya sesuai pandangan Islam
Yaitu dengan menunaikan hak-haknya secara penuh, dengan keyakinan sebagai bentuk ibadah kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla, selalu memperhatikan makanannya, pakaiannya, dan semua kebutuhannya tanpa merasa terbebani, karena seorang wanita sholihah hanya akan mengharap keridhoan Alloh ‘Azza Wa Jalla dalam setiap aktifitasnya.

5. Ekonomis dan tidak boros
Seorang suami tentunya mendambakan seorang istri yang amanah terhadap harta suaminya, dia memelihara dan menjaga apa yang dititipkan kepadanya di rumah, dia tidak menggunakan harta suaminya tanpa seizinnya, pandai mengatur keuangan dan tidak menghambur-hamburkannya kepada hal yang tidak bermanfaat.

6. Peduli terhadap perhiasan, aroma tubuh dan kesucian dirinya
Salah satu faktor paling penting yang dapat memicu timbulnya masalah suami istri, dan berpalingnya suami dari istrinya adalah ketidakpedulian seorang istri terhadap perhiasan, aroma tubuh, kebersihan dan kesucian dirinya, padahal suaminya memiliki hak atasnya. Sebagai seorang muslimah hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini karena wanita yang baik itu adalah yang menyenangkan jika suaminya memandangnya.

7. Bersikap baik terhadap keluarga suaminya
Di antara etika dalam islam adalah seorang istri mendahulukan keridhoan suaminya daripada dirinya sendiri, dan memuliakan sanak saudara khususnya dua mertuanya, seorang suami akan bangga saat memiliki istri yang menghormati, menyayangi dirinya dan keluarganya, bukan istri yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan tidak pernah peduli terhadap suami dan keluarganya.

8. Cerdas dan bijak
Seorang istri sholihah yang cerdas dan bijak selalu memperhitungkan setiap kalimat, pekerjaan, dan sikapnya dengan matang. Dia tidak akan suka mengadukan suaminya kepada seseorang termasuk kepada keluarganya, tidak membawa masalah keluarga keluar rumah. Hanya wanita kurang akal yang tiap hari menyajikan berita harian yang terjadi di rumah kepada orang lain.

9. Peduli terhadap pendidikan anak-anaknya
Seorang ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya, dalam hal ini seorang istri sholihah yang bertanggung jawab sebagai pemimpin di rumah suaminya, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencetak generasi sholih dan sholihah yang mempunyai semangat jihad untuk mengibarkan bendera dakwah di jalan Alloh ‘Azza Wa Jalla, istri sholihah akan sangat menyadari bahwa anak adalah titipan dan asset berharga bagi dia dan suaminya, karenanya dia akan melakukan berbagai cara yang diridhoi Alloh ‘Azza Wa Jalla, tentunya untuk menjaganya, mendidiknya dan membentuknya menjadi hamba Alloh ‘Azza Wa Jalla yang beruntung di dunia dan akhirat.

10. Tidak materialistis
Sebagaimana umumnya wanita masa kini yang menumpuk harta dunia tanpa mementingkan kehidupannya setelah mati, seorang istri sholihah adalah orang yang zuhud, dia akan lebih mementingkan rumah di akhirat daripada di dunia oleh karena itu dia senantiasa sibuk mempersiapkannya dengan melakukan amal shalih dan ketaatan kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla, dia akan senantiasa berinfak di jalan Alloh ‘Azza Wa Jalla untuk bekalnya di akhirat kelak.

Semoga sepuluh point di atas bisa memberikan motivasi kepada para saudariku muslimah yang ingin menjadi istri idaman bagi suaminya, dan seorang istri sholihah akan terus mencari point-point lainnya dengan banyak menuntut ilmu syar’i.

Wallohu a’lam bisshowab.
           

Kiat-Kiat Berakhlak Baik



Untuk menjadi orang yang berakhlak baik, kami berikan beberapa kiat yang insyaa Alloh sangat bermanfaat berikut ini:

Pertama adalah berdo’a kepada Alloh :
Dari Ali bin Abi Tholib bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dalam salah satu do’anya beliau mengucapkan:


  1. أَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ، وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَالَايَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَاإِلَّاأَنْتَ

“Ya Alloh, tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya selain Engkau.Ya Alloh, jauhkanlah aku dari akhlak yang tidak baik, karena tidak ada yang mampu menjauhkannya dariku selain Engkau.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

Dan panjatkan pula doa dijauhkan dari akhlak yang buruk,

 اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ

“Ya Alloh, aku berlindung kepadamu dari akhlak, amal dan hawa nafsu yang mungkar” (HR. Tirmidzi, shohih)

Perlu diingat, berdoa jangan hanya sekali dua kali, tetapi sesering mungkin.

Kedua, pelajarilah ilmu tentang keutamaan akhlak baik, agar kita semangat dalam memperbaiki akhlak. Diantara keutamaan akhlak adalah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam :”Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang baik bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan qiyamul lail.” (Shahihul Jami’)

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda : “Sesuatu yang paling agung yang memasukkan manusia kesurga adalah takwa kepada Alloh dan akhlak yang terpuji.” [Shahih : Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al-Hakim)

Ketiga, pelajarilah ilmu agama Islam dari sumber yang benar, sehingga kita dapat membedakan mana yang baik dan mana akhlaq yang buruk, pelajari kepribadian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam. Teladani beliau shollallohu ‘alaihi wasallam. Bagaimana sikap beliau kepada kedua orang tua, bagaimana sikap terhadap orang-orang miskin, kepada teman, saudara, adab berbicara, adab salam dan lain sebagainya, semua sudah dijelaskan dalam hadits-hadits shohih. Alloh Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.”(Q.S. Al-Ahzaab : 21)

Keempat, amalkan ilmu yang sudah kita pelajari. Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu itu dicari demi mencapai sesuatu yang lain. Fungsi ilmu ibarat sebatang pohon, sedangkan amalan seperti buahnya. Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek keadaannya daripada orang bodoh.

Maka dari itu, dalam mempelajari ilmu sebaiknya kita cari guru yang akhlaqnya baik, sehingga paling tidak kita bisa langsung melihat dan mencontoh guru kita dalam berakhlak. Demikianlah Imam Malik berpesan kepada putranya: “pergilah untuk belajar!’ ‘Pergilah kepada Robi’ah (guru Imam Malik)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya! (kitab Waratsatul Anbiya hal. 39)

Kelima, bergaul dengan orang-orang yang baik akhlaknya. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)

Keenam. Bersabar.. Memang memperbaiki Akhlak adalah hal yang tidak mudah dan butuh “mujahadah” perjuangan yang kuat. Selevel para ulama saja membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki akhlak.

Berkata Abdulloh bin Mubarok :
“Saya mempelajari adab selama 30 tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama 20 tahun, dan adalah mereka (para ulama salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu”. [Ghayatun-Nihayah fi Thobaqotil Qurro I/446, cetakan pertama, Maktabah Ibnu Taimiyyah, Maktabah Syamilah]

Wallohu a’lam.