Halaman

Cahaya Pengetahuan Muslim

Selasa, 21 Januari 2014

Perlukah Ibadah? Bukankah Sudah Diatur Rezeki,Jodoh,Ajal dan Bahagia atau Sengsara??





'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du

Bismillah - sesungguhnya tidak ada jalan yang mendekatkan diri seorang hamba kepada surga dan menjauhkannya dari neraka kecuali semuanya telah Islam ini jelaskan.
Hanya sampai dimana kita sebagai hamba peka terhadapnya,semangat dalam menuntut ilmu juga berusaha untuk istiqomah didalamnya.

Demikian juga dengan berbagai masalah dalam kehidupan kita sehari-hari,hendaknya kita selalu sandarkan pada nash agar mendapat keberkahan dalam hidup di dunia yang sangat singkat ini.

Beriman kepada Qadha dan Qadar

Banyak dijumpai berbagai problema kehidupan masyarakat kita,yang menggiring pada penyelewengan aqidah,baik itu dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan rumah tangga.
Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu modal hidup bahagia seorang mukmin.

Terbersit dalam pikiran kita 'masih perlukah kita beribadah? bukankah Rezeki,Jodoh,Ajal dan Bahagia atau Sengsara sudah ditetapkan?'
Benar saudaraku,disini aqidah kita dipertanyakan,sudah berimankah kita kepada qadha dan qadar?
Berimankah kita pada adanya Surga dan dahsyatnya api Neraka?
Siapa diantara kita yang menginginkan masuk kedalam Neraka?
Bukankah kita menginginkan Surga?
Sulitkah diri kita istiqomah dalam beribadah?
Begitu mudahkah kita dalam bermaksiat?
Dari pertanyaan diatas tentu kita tahu apa yang SEHARUSNYA kita lakukan sebagai hamba yang menginginkan Surga.

Apakah mungkin seorang hamba masuk kedalam Neraka jika semasa hidupnya kerap beramal shaleh dan menemui ajalnya dalam keadaan khusnul khatimah? tentu tidak saudaraku.Karena janji Allah adalah benar.
Lalu apakah mungkin seorang hamba masuk kedalam Surga jika semasa hidupnya kerap bermaksiat dan menemui ajal dalam keadaan kufur? tentu tidak saudaraku,ya karena janji Allah adalah benar.

Jangan salah mengartikan saudara saudariku,bahwa adalah kita sendiri yang menentukan ahli Surga atau ahli Neraka,sekali kali bukan.
Tugas kita hanya menjalankan apa yang telah Rabb kita perintahkan dan berusaha untuk meninggalkan apa yang telah Allah perintahkan kepada kita untuk meninggalkannya.

Allah tidak menganiaya hamba-hambaNya,manusia akan mendapatkan apa yang telah mereka usahakan.Seandainya pun seorang hamba dalam seumur hidupnya mendapatkan kesengsaraan namun tetap istiqomah sampai ia menemui ajal,tentu Allah akan membalasnya dengan Surga.
Namun sebaliknya,seorang hamba yang dalam seumur hidupnya mendapatkan kebahagiaan namun kufur kepada Allah sampai ia menemui ajal,tentu Allah akan membalasnya dengan Neraka.Bukankah hidup ini adalah sebuah pilihan saudaraku?
Seorang hamba yang telah ditentukan sebagai penghuni Surga,maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang ahli Surga.Dan seorang hamba yang telah ditentukan sebagai penghuni Neraka,maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang ahli Neraka,setiap hamba akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya.Lalu,kita tanyakan pada diri sendiri,jika kita beriman kepada adanya Surga dan Neraka,sudahkah selama ini kita istiqomah menjalankan perbuatan-perbuatan ahli Surga?
Saudaraku,kita bisa mejawabnya sendiri bukan?

Tahapan Kehidupan Manusia


1.BUNYI HADITS:


عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمن عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيُنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحُ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridlainya- beliau berkata:
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang yang jujur dan harus dipercaya:
Sesungguhnya (fase) penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari (dalam bentuk) nutfah (sperma),kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal darah kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal daging,kemudian diutuslah Malaikat,ditiupkan ruh dan dicatat 4 hal:rezekinya,ajalnya,amalannya,apakah ia beruntung atau celaka.
Demi Allah Yang Tidak Ada Sesembahan yang Haq Kecuali Dia,sungguh di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) hingga antara dia dengan jannah sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk anNaar (neraka),sehingga masuk ke dalamnya (anNaar).
Sesungguhnya ada di antara kalian yang beramal dengan amalan penduduk anNaar, hingga antara dia dengan anNaar sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalamnya (jannah)
(H.R alBukhari dan Muslim).

2.MAKNA SECARA UMUM:

Ibnu Mas’ud menyampaikan suatu hadits yang ia dengar langsung dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tentang khabar ghaib.Karena khabar itu menuntut keimanan yang tinggi,beliau mendahului penyampaiannya dengan mengingatkan bahwa Rasul adalah orang yang jujur sekaligus harus dipercaya seluruh kabarnya.

Manusia mengalami 4 fase pertumbuhan dalam perut ibunya:

40 hari pertama dalam bentuk nutfah (sperma),40 hari kedua dalam bentuk ‘alaqah (segumpal darah),40 hari kedua dalam bentuk daging.

Setelah itu,Malaikat diutus Allah untuk meniup ruhnya dan mencatat 4 hal:

rezeki,ajal,amalan,dan keadaan dia (beruntung atau celaka).
Kemudian Rasul menceritakan adanya keadaan 2 macam orang:

Pertama,seseorang yang hampir seluruh hidupnya diisi dengan amalan penduduk surga (ketaatan),sehingga jaraknya dengan surga sudah satu hasta (ukuran dari siku hingga ujung jari),namun karena catatan taqdir,ia di akhir hayatnya beramal dengan amalan penduduk neraka sehingga masuk ke dalam neraka.

Kedua,seseorang yang hampir seluruh hidupnya diisi dengan amalan penduduk anNarr (Neraka),sehingga jaraknya dengan surga sudah satu hasta (ukuran dari siku hingga ujung jari),namun karena catatan taqdir,ia di akhir hayatnya beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalam surga.

3.PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL:

1.Para perawi hadits banyak yang meriwayatkan hadits lafadz haddatsana –mencontoh lafadz yang diucapkan Ibnu Mas’ud dalam hadits ini- untuk menunjukkan bahwa ia hadir dan mendengar langsung dari orang yang menceritakannya.

2. Seluruh berita yang shahih berasal dari Nabi harus diyakini dan dibenarkan meski tidak terjangkau akal karena beliau adalah as-Shoodiqul Mashduuq (yang jujur dan harus dipercaya).

3. Tahapan penciptaan manusia di rahim ibunya:

- 40 hari pertama nutfah
- 40 hari kedua segumpal darah
- 40 hari ketiga segumpal daging

4. Ditiupkan ruh pada janin setelah berusia 3 x 40 hari = 120 hari = 4 bulan.

Setelah 4 bulan inilah berlakulah baginya hukum manusia.
Jika terjadi keguguran janin,maka dilihat keadaan:

-sebelum 120 hari:
tidak perlu dimandikan,dikafani,dan disholatkan.
-setelah 120 hari:
dimandikan,dikafani,dan disholatkan.

Jika janin yang keluar saat keguguran bentuknya sudah seperti manusia, maka berlakulah hukum nifas. Jika tidak, maka hukumnya seperti darah istihadhah (penyakit).
(Penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin).

5. Beriman terhadap Malaikat.Ada Malaikat yang bertugas untuk meniup ruh pada janin dan mencatat 4 hal: rezeki,ajal,amalan,dan keadaannya (beruntung atau celaka).

6. Beriman terhadap catatan taqdir.

Para Ulama menjelaskan bahwa berdasarkan lingkupnya,pencatatan taqdir terbagi menjadi 4:

a) Pencatatan di Lauhul Mahfudzh.

Catatan induk.Berisi catatan taqdir segala sesuatu.Ditulis 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.Catatan ini tidak ada yang tahu kecuali Allah, dan tidak akan berubah sedikitpun.

b) Pencatatan dalam lingkup umur perorangan.

Ini adalah catatan Malaikat, seperti yang disebutkan dalam hadits ini tentang 4 hal:rezeki,ajal,amalan,dan keadaannya (beruntung atau celaka) terhadap janin yang masih berada di perut ibunya.

c) Pencatatan dalam lingkup tahunan.

Dilakukan setiap Lailatul Qodar,berisi catatan segala sesuatu yang akan terjadi dalam waktu setahun ke depan (hingga Lailatul Qodar berikutnya),disebutkan dalam surat ad-Dukhkhan:3-4.

d) Pencatatan dalam lingkup harian.

Disebutkan dalam surat arRahman ayat 29.
Allah meninggikan derajat suatu kaum atau merendahkannya,membentangkan rezeki atau menyempitkannya,dsb.Hal itu berlangsung tiap hari.

Perubahan catatan taqdir yang masih memungkinkan terjadi pada catatan yang ada di Malaikat,sedangkan yang Lauhul Mahfudzh tidak akan pernah berubah.
1) Akhir kehidupan seseorang akan berujung pada dua hal: beruntung atau celaka.Orang yang beruntung adalah yang masuk ke dalam surga,sebaliknya yang celaka adalah yang masuk ke dalam neraka.Tidak ada keadaan ketiga.
2) Seseorang tidak boleh merasa bangga diri ketika ia banyak beribadah dan sering mengisi hari-harinya dengan ketaatan.Harus diiringi dengan perasaan takut dan khawatir jangan sampai mengalami suu-ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk).
3) Seseorang yang sedang terjerumus dalam lumpur dosa tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah,hendaknya ia bersemangat untuk bertaubat dan memperbanyak amal sholih dengan harapan meninggal dalam keadaan husnul khotimah (akhir kehidupan yang baik).
4) Akhir kehidupan sangat menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang nanti di akhirat.

4.KASIH SAYANG ALLAH:

Sebagai salah satu bentuk kasih sayang Allah,orang-orang yang berubah dari keadaan baik menjadi buruk lebih sedikit atau jarang dibandingkan orang yang berubah dari keadaan buruk menjadi baik (penjelasan Ibnu Daqiiqil Ied).

Penyebab perubahan dari baik menjadi buruk itupun sebenarnya karena ia hanya menampakkan kebaikan di hadapan manusia.Ia tampakkan seakan-akan ia terus bergelut dengan ketaatan dan sudah dekat dengan surga.Padahal hatinya tidak demikian,amalnya penuh dengan riya’ dan kemunafikan[i] .

Abdul Haq berkata:

“Suu-ul Khootimah (akhir kehidupan yang buruk) tidak akan menimpa orang yang istiqomah batinnya dan baik amal perbuatannya…Kebanyakan menimpa orang-orang yang terus menerus dan lancang (tidak mengenal malu) dalam berbuat dosa besar…”

(dinukil oleh alHafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (11/489))

[i]Hal ini diperjelas dengan lafadz hadits lain yang diriwayatkan alBukhari:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ

Sesungguhnya seseorang beramal dengan amalan penduduk surga sesuai yang nampak pada manusia, padahal ia adalah termasuk penduduk neraka (H.R alBukhari dari Sahl bin Sa’ad as-Saaidi).