Tragedi kemanusiaan yang terjadi di
Gaza Palestina, membuat kita gemas, marah, sedih semua perasaan berkecamuk
menjadi satu. Menyaksikan adegan-adegan di media masa atas kekejaman Zionis
Israel laknatullah terhadap rakyat Palestina. Seperti diberitakan di media masa
hari Rabu (20/8/2014). Sirene mengaum dahsyat di Gaza tanpa henti.
Drone-drone, pesawat udara Israel melayang-layang di langit Gaza. Bom jatuh,
dan korban pun jatuh. Israel beralibi Hamas harus membayar atas matinya tiga
orang remaja Israel beberapa pekan yang lalu sebelumnya. Tapi “Hamas” itu bagi
Israel berarti rakyat Palestina di Gaza. Tanpa pandang bulu.
Kekejaman Isreal semakin membabi
buta, anak-anak dan perempuan Gaza menjadi korban serangan yang paling banyak.
Baju dan kulitnya compang-camping karena hantaman peluru-peluru tentara Israel.
Di berbagai tempat terdengar tangisan, ya tangisan karena ditinggal mati oleh
orang-orang terdekat. Mereka yang telah syahid karena terbunuh atas peluru-peluru
dan roket-roket Israel tampak meninggalkan orang-orang sekitarnya dengan wajah
yang tenang.
Tentara Israel tiada hentinya
menggempur pemukiman warga palestina. Gempuran tersebut menggunakan rudal dari
Pesawat Jet F-16 dan helikopter tempur yang dipasok dari tuannya yaitu Amerika.
Bukan sekali ini saja Zionis Israel menggempur bumi Gaza, dan itu akan terus
diingat oleh generasi-generasi mendatang.
Bau hangus tercium dan darah
tercecer di mana-mana. Kerusakan rumah, mobil, motor seakan menjadi pemandangan
yang begitu menyayat hati. Istri-istri yang menangis karena ditinggal suami dan
anak-anaknya, semua itu sungguh menyakitkan terlebih dilakukan dengan sangat
brutal, sampai kapan Israel terus menerobos batas-batas kemanusiaan? Walaupun
dunia internasional mengecam aksi brutal Israel semua itu tidak membuat Zionis laknatullah
itu menghentikan aksinya tapi malah semakin membabi buta.
Anak-anak dan perempuan korbannya
Tragedi kemanusiaan di mana pun
selalu anak-anak dan perempuan yang menjadi korban. dan meningkatkan jumlah
keseluruhan warga tewas di Gaza setelah berlangsungnya lima puluh hari serangan
menjadi 2.016 orang. Lebih dari 10.196 orang mengalami luka-luka.
Perempuan Palestina dan anak-anak
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jihad. Anak-anak itulah yang kelak
akan menjadi mujahid-mujahid yang akan menghancurkan Zionis laknatullah
Israel. Hal inilah yang mendorong Israel membabi buta membunuh mereka. Dalam
kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, kondisi hidup yang serba sulit, mereka
tidak lelah mencetak mujahid-mujahid baru. Anak-anak itu mereka didik dan
tanamkan kecintaan terhadap jihad dan mati syahid. Maka anak-anak Palestina
tidak pernah merasa takut berhadapan dengan tentara Israel sekalipun hanya
bersenjatakan batu.
Akar persoalan
Sesungguhnya tragedi ini berpijak
pada persoalan Aqidah, syariah, dan politik (Islam vs kufur Yahudi), bukan
masalah konflik dua negara, sehingga perdamaian sebagai solusi.Mengingatkan
sejarah bahwa Palestina adalah bagian dari negeri muslim, haram bagi siapa pun
untuk merampasnya. Sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra, kaum
Muslimin diamanahi melindungi kaum Nasrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah
Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian
Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya Nasrani
menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Melalui perjanjian Umariyah
disepakati bahwa selain Muslim, hidup juga berdampingan secara damai dengan
orang Nasrani di Palestina. Tetapi juga harus diingat dalam perjanjian Umariyah
itu orang Yahudi tidak boleh tinggal di Palestina.
Secara politis, tentang makar Yahudi
yang mendirikan negeri zionis Israel. Sejak awal pendiriannya, keberadaan
negara Israel tidak lepas dari kepentingan negara-negara imperialis Barat,
terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Secara syariah Islam jelaslah Islam
juga mengharamkan kolonialisme dan pembantaian, dan Islam juga anti penjajahan,
apalagi itu terhadap tanah milik kaum Muslimin, tanah wakaf, tanah kharajyiah.
Pembantaian umat yang dilakukan Israel juga adalah kezaliman luar biasa,
apalagi korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
Maha benar Allah dalam firmanNya :
Dan sesungguhnya, telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS:.Al
Isra : 70)
Sesungguhnya hilangnya dunia (dan
seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah ketimbang terbunuhnya seorang
Muslim. (HR at-Tirmidzi)
Untuk menyelamatkan perempuan dan
anak-anak Palestina, terbelenggu oleh sekat nation state – egoistis nasionalis
penguasa muslim di sekitar Palestina. Nasionalisme adalah musuh umat Islam,
racun berbahaya, penghalang persatuan umat. Contohnya, Mesir hanya membuka
perbatasan untuk menolong yang cidera dalam beberapa jam lalu ditutup lagi;
Nasionalisme menghalangi setiap negara untuk mengirim bantuan tentara karena
prinsip Politik Luar Negeri yang dianut, kalaupun mengirim tentara maka tunduk
dalam genggaman PBB yang mendukung eksistensi Israel.
Bantuan do’a, dana, dan materi
lainnya, secara realitas diperlukan. Namun bukan solusi persoalan. Akhirnya
lebih focus pada menolong korban dengan tetap membiarkan si pelaku melakukan
tindakan keji (pembunuhan massal) secara bebas.
Perempuan dan anak-anak (genoside)
yang menjadi korban serangan Israel di Gaza, tidak mendapatkan respon yang
menghebohkan dunia (LSM dan Dunia Internasional lainnya) sebagaimana yang terjadi
pada Malala dan Piala Dunia FIFA 2014. Standar Ganda Barat dalam mensikapi HAM
untuk kaum muslimin (dibiarkan tidak mendapatkan hak-haknya mulai hak hidup,
mendapatkan pendidikan, perlindungan dan lainnya).
Solusi
Jelaslah tragedi Gaza buah dari
konspirasi Barat/Imperialis untuk menghancurkan Islam dan Kaum Muslimin, dengan
menggunakan solusi national state/kemerdekaan bagi palestina. Solusi ini akan
menjauhkan kebutuhan umat terhadap persatuan kaum muslimin dalam naungan Daulah
Khilafah.
Usulan perdamaian, tidak
menyelesaikan masalah. Harus diingat bahwa tabiat orang yahudi selalu ingkar
janji. Dia akan menawarkan damai jika tujuannya sudah tercapai, jika
persenjataannya sudah habis, dan dalam waktu perjanjian itu dia menyusun
strategi baru dan persediaan senjata baru. Dari dahulu selalu berulang hal yang
sama, menawarkan gencatan senjata dia pula yang mengingkari.
Tragedi palestina membutuhkan solusi
yang kongkrit, tragediy yang terjadi adalah karena ketiadaan Khilafah yang
melindungi kaum muslim. Untuk itu, tegaknya khilafah menjadi suatu kewajiban.
Jihad yang dilakukan secara personal atau kelompok untuk menyelamatkan
Palestina masih belum cukup. Sangat membutuhkan pengerahan tentara-tentara dari
negeri-negeri muslim seluruh dunia yang berjumlah besar untuk bersatu
menyelamatkan Palestina sebagai bagian dari masalah kaum muslimin. Sehingga
sangat mendesak untuk dicabutnya Nasionalisme dari benak kaum muslimin (rakyat,
tentara maupun penguasa).
Negeri-negeri bila bersatu dalam
Naungan Khilafah Islamiyah memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menaklukan
Israel maupun pendukungnya. Hal ini mencakup tentara jumlah besar, peralatan
perang dan senjata yang berimbang bahkan lebih.
Khilafah Islamiyah sebagai perisai (junnah)
bagi rakyatnya, tidak ada satu wilayah maupun individu rakyatnya (termasuk
perempuan maupun anak-anak) yang dibiarkan terbunuh. Perempuan yang melahirkan
generasi dan anak-anak calon pemimpin di masa mendatang mendapatkan
perlindungan keamanan yang utuh dalam naungan khilafah. Peperangan yang
dilakukan oleh Khilafah beradab dibandingkan perang saat ini di era modernisasi
penuh dengan kebiadaban yang menyerang penduduk sipil dan orang lemah, rumah
ibadah, sekolah, pasar, dan lain-lain. Wallâhu a’lam bish-shawâb.