Halaman

Cahaya Pengetahuan Muslim

Selasa, 20 November 2012

Doa Untuk Syuhada Kaum Muslimin


Ribuan kaum muslimin gugur setiap harinya di Irak, Iran, Afghanistan, Pakistan, Suriah, Chechnya, Dagestan, Tatarstan, Yaman, Somalia, Nigeria, Palestina, Rohingya dan wilayah konflik lainnya. 

Umat Islam di seluruh dunia wajib menyebar luaskan informasi tentang nasib mereka, menggelar aksi-aksi solidaritas untuk mereka, dan mengirimkan bantuan dana, bahan makanan dan obat-obatan kepada mereka. Selain itu, setiap muslim wajib mendoakan para syuhada' yang telah gugur oleh kebiadaban musuh-musuh Islam.

Banyak doa untuk umat Islam yang telah meninggal. Salah satu contohnya adalah doa yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa salam saat menshalatkan jenazah sahabatnya. Meskipun doa tersebut dibaca dalam shalat jenazah, namun makna dan kandungan doa tersebut juga sesuai untuk kondisi di luar shalat jenazah.

Dari Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu ia berkata: "Rasulullah shallallahu alaihi wa salam menshalatkan sebuah jenazah, maka saya hafal doa beliau, beliau berdoa:

«اللهُمَّ، اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ -»


"Ya Allah, ampunilah dia, kasih sayangilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, dan lapangkanlah kuburannya. Mandikanlah ia dengan air, es dan embun. Bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumah untuknya yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia) dan pasangan hidup yang lebih baik dari pasangan hidupnya (di dunia). Masukkanlah ia ke dalam surga, selamatkanlah ia dari azab kubur dan azab neraka." (HR. Muslim no. 963, Ahmad no. 23975, An-Nasai no. 1983, Ibnu Abi Syaibah no. 11353, Ibnu Hibban no. 3075, dan Al-Baihaqi no. 6965)

Jika syuhada' kaum muslimin yang didoakan banyak, maka kata ganti "dia" (laal: lahu,hu, 'anhu dan seterusnya) diganti dengan kata ganti "mereka" (lafalnya menjadi: lahum, hum, 'anhum dan seterusnya). Wallahu a'lam bi-shawab.

Sabtu, 10 November 2012

Keimanan Dan Harapan


''Maka ke manapun kamu menghadap, di situlah wajah Allah. '' (QS Albaqarah [2]: 115).

Firman ini merupakan bukti bahwa Allah SWT akan selalu menyertai hamba-Nya yang beriman. Beriman dalam konteks ini juga berarti tawakal, menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam segala kondisi, baik senang maupun susah.

Sikap tawakal akan membuat kita semakin kuat, karena tidak merasa sendirian ketika sedang menghadapi tantangan hidup. Kondisi ini akan melahirkan harapan yang bersumber dari iman kepada-Nya sebagai al-Wakil, atau sebaik-baiknya tempat bersandar.

Jika dirunut secara logis, iman akan melahirkan sikap tawakal, dan tawakal akan melahirkan harapan. Tak adanya harapan dalam hidup merupakan indikasi tidak adanya iman.

Menurut almarhum Nurcholish Madjid, orang yang tidak berpengharapan berarti tak menaruh kepercayaan kepada Allah SWT. Atau sebaliknya, orang yang tak menaruh kepercayaan kepada Allah SWT, maka ia tidak akan menaruh harapan kepada-Nya.

Premis di atas bisa dibuktikan melalui kejadian sehari-hari di sekitar kita. Kasus bunuh diri beberapa caleg yang gagal memenangkan Pemilu Legislatif 2009 adalah bukti nyata. Kekalahan adalah akhir dari harapan, karena mereka telah menggantungkan hidup selain kepada Allah SWT. Mereka tidak lagi menimbang bahwa ada hikmah di balik kejadian tersebut.

Padahal, orang yang menyandarkan segala urusannya kepada Allah SWT, mereka dijanjikan tak akan mengalami keputusasaan, meski cobaan berat menderanya. Melalui lisan Nabi Yaqub, ketika dia berpesan kepada anak-anaknya saat mencari Yusuf dan Bunyamin di Mesir, Allah SWT mengingatkan kita semua.

''Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir.'' (QS Yusuf [12]: 87).

Salah satu konsekuensi dari iman yang tulus adalah sikap berbaik sangka kepada Allah SWT. Jika kita benar-benar menganggap Allah SWT sebagai al-Wakil, kita pasti akan mampu menemukan hikmah (juga harapan) di setiap peristiwa hidup yang kita alami, baik menyedihkan maupun menyenangkan.

Dengan menggunakan iman sebagai lensa pandang untuk setiap persoalan kehidupan, kita tak akan menemukan kesia-siaan di dalamnya, karena kita menjadikan Allah SWT sebagai sumber inspirasi utama. Inilah sikap hidup kaum beriman, sikap yang mengafirmasi hidup dengan keberanian dan harapan.