Halaman

Cahaya Pengetahuan Muslim

Jumat, 27 Maret 2015

Hukum Jual Beli Kredit



Dari Ummu Rizieq di Mega Sentul. Assalamu’alaikum pa ustadz, apakah termasuk Riba, apabila kita mengambil kendaraan dari deller dengan memakai angsuran/cicilan...?
 
Jawab:
Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokaatuh.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu perlu disampaikan definisi jual-beli secara kredit. Jual beli secara kredit atau yang dikenal dengan sebutan bai’ut taqsîth yaitu jual-beli barang dengan sistem pembayaran dicicil dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dua belah pihak.

Mengenai hukum jual-beli dengan cara seperti ini, para Ulama berbeda pendapat, ada yang menghukuminya haram, ada yang mengatakan sah, dan ada pula kelompok ketiga yang pertengahan antara boleh dan tidak tetapi lebih cenderung memakruhkan.

Akan tetapi pendapat yang rajih adalah bolehnya sistem jual beli dengan cara kredit. Ini merupakan pendapat jumhur Ulama, diantaranya fuqaha’ mazdhab, Imam asy-Syirazi rohimahulloh dalam al-Majmu’ Syarh Muhazzab (13/16), Imam asy-Syâthibi  dalam al-Muwâfaqot (4/41), Imam az-Zarqoni, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qoyyim rohimahumulloh, dan lainnya. Mereka berhujjah dengan keumuman firman Alloh subhanahu wa ta’ala dalam al-Baqoroh ayat ke-275 :

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا 

Dan Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba“.

Ayat ini menjelaskan bahwa hukum asal dari jual beli adalah halal. Dan juga firman-Nya:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” (An-Nisa’ [4]: 29)

Sedangkan hadits yang mendasari pendapat tersebut yaitu hadits hadis Abdulloh bin Amr bin Ash rodhiallohu anhu, beliau menceritakan bahwa “Rosululloh sholallohu alaihi wasallam memerintahkanku untuk mempersiapkan pasukan, sedangkan kita tidak memiliki tunggangan. Nabi sholallohu alaihi wasallam memerintahkan Abdulloh bin Amr bin ‘Ash untuk membeli tunggangan dengan pembayaran tertunda, hingga datang saatnya penarikan zakat. Kemudian Abdulloh bin Amer bin Ash membeli setiap ekor unta dengan harga dua ekor unta yang akan dibayarkan ketika telah tiba saatnya penarikan zakat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan dihasankan oleh Al-Albani).

Kisah dalam hadits tersebut menunjukkan, bolehnya menaikkan harga barang yang dibayar secara kredit, bahkan meskipun dua kali lipat dari harga normal.

Adapun hadits yang menyatakan, “Barangsiapa yang melakukan jual beli dua kali dalam satu transaksi maka dia hanya boleh mengambil harga yang paling rendah, kalau tidak, maka dia  terjatuh ke dalam riba.” (Hadits shohih Riwayat, Ahmad, Abu Daud)

Hadis ini shahih, namun tafsir yang tepat adalah sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qayyim dan lainnya, bahwa hadis ini merupakan larangan jual beli dengan cara ‘inah. Contoh Jual beli ‘Inah adalah si A menjual HP kepada si B seharga Rp 1,2 juta kredit.  Kemudian si B menjual kembali HP itu kepada A seharga 1 juta tunai. Kemudian si A menyerahkan uang 1 juta kepada si B dan membawa HP tersebut. Sementara si B wajib membayar cicilan utang 1,2 juta kepada si A. Sedangkan bila si B jual beli secara kredit disertai dengan cara ribai, maka hukumnya riba. 
wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar