Oleh: Arifin, S.H.I
Kesuksesan merupakan cita-cita terbesar bagi
setiap insan. Tidak ada manusia melainkan mereka ingin sukses. Lantas apa kunci
kesuksesan? Tidak lain dan tidak bukan kesabaran adalah kunci terbesar
seseorang meraih kesuksesan, baik kesuksesan dunia maupun akhirat.
Alloh subhanahu wa ta’ala anugerahkan
kepada orang-orang yang beriman sifat kesabaran. Inilah modal besar kesuksesan
yang tidak dimiliki oleh orang lain. Rosululloh sholallohu alaihi wasallam bersabda:
“Sangat mengagumkan kondisi orang mukmin,
sebab segala keadaannya untuk dia sangat baik dan tidak mungkin terjadi yang
demikian kecuali bagi seorang mukmin: jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka
syukurnya itu lebih baik baginya dan jikalau menderita kesusahan ia bersabar
dan sabar itu lebih baik baginya”. (HR Muslim)
Kisah Ashabul Ukhdud dapat menjadi
pelajaran bagi kita, karena kesabaran mereka memegang prinsip dan keyakinan
yaitu beriman kepada Alloh Yang Maha Esa. Kisah ini diabadikan di dalam surat
al-Buruj yang senantiasa dibaca oleh orang beriman hingga akhir zaman. Mereka
diuji dengan cobaan dahsyat sampai akhirnya mereka dimasukkan ke dalam api yang
berkobar, sehingga ada riwayat yang menceritakan bahwa seorang ibu tidak tega
melihat anaknya yang masih bayi untuk ikut masuk kedalam api, lalu terjadi
suatu keajaiban, anaknya yang bayi tersebut dapat bicara dengan mengatakan,
“Wahai ibu bersabarlah sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”
Karena kesabaran mereka dalam memegang prinsip
kebenaran, maka Alloh ta’ala balas mereka dengan surga yang di
bawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir.
Kisah ibunda Anas bin Malik rodhiallohu anhu,
Ummu Sulaim rodhiallohu anha menjadi motivasi kesabaran menghadapi
kematian sang buah hati. Disebutkan bahwa buah hati tercintanya mengalami
sakit. Kemudian sakitnya bertambah parah hingga akhirnya meninggal dunia.
Ummu Sulaim rodhiallohu anha berkata
kepada sanak keluarganya, “Jangan sekali-kali kalian memberitahukan perihal
anak ini pada Abu Tholhah (suamiku) sampai aku sendiri yang memberitahunya.”
Sekembalinya Abu Tholhah rodhiallohu anhu,
alhamdulillah, air mata kesedihan Ummu Sulaim telah mengering. Ia menyambut
kedatangan suaminya dengan hangat. Sang suami bertanya, “Bagaimana keadaan
putraku sekarang?” “Dia lebih tenang dari biasanya.” Jawab Ummu Sulaim rodhiallohu
anha dengan wajar. Abu Tholhah merasa begitu letih hingga tak ada
keinginan menengok putranya. Namun hatinya turut berbunga-bunga mengira
putranya dalam keadaan sehat. Ummu Sulaim pun menjamu suaminya dengan
hidangan malam yang istimewa dan berdandan serta berhias dengan wangi-wangian,
membuat Abu Tholhah rodhiallohu anhu tertarik dan mengajaknya tidur
bersama. Setelah Abu Tholhah menggauli istrinya dan merasa puas, Ummu Sulaim rodhiallohu
anha bertanya, “Wahai Abu Tholhah apa pendapatmu bila ada seseorang
meminjamkan barang kepada tetangganya lantas ia meminta kembali barang
tersebut. Pantaskan jika si peminjam enggan mengembalikannya?” “Tidak,” jawab
Abu Tholhah. Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnya anakmu, fulan, adalah pinjaman
dari Alloh dan Dia telah mengambilnya.”Abu Tholhah beristirja (mengucapkan:
Innaa lillaahi wa innaaa ilaih rooji’uun) dan memuji Alloh seraya mengatakan,
“Demi Alloh, aku tidak membiarkanmu mengalahkanku dalam kesabaran.”
Pagi-pagi buta sebelum cahaya matahari kelihatan
penuh, Abu Tholhah menjumpai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dan
menceritakan kejadian itu. Rosululloh sholallohu alaihi wasallam pun
bertanya, ‘Apakah semalam kalian bercampur?’ Abu Tholhah rodhiallohu anhu menjawab,
‘Ya.’ Nabi sholallohu alaihi wasallam berdoa, “Ya Alloh, berilah
keberkahan pada mereka berdua.”
Rupanya, Alloh mengabulkan doa Nabi-Nya dan
menakdirkan anak dari hubungan keluarga Ummu Sulaim tersebut. Beberapa bulan
kemudian sang anak tersebut lahir dan diberi nama Abdulloh oleh Rosululloh sholallohu
alaihi wasallam. Dan barokahnya ternyata tak hanya sampai di situ. Kelak
di kemudian hari, Abdulloh memiliki sembilan orang putra yang semuanya
penghafal al-Qur’an.
Saudaraku… Dua kisah di atas sungguh mengagumkan.
Pelajaran yang bisa dipetik darinya adalah bahwa kehidupan dunia penuh dengan
cobaan dan ujian. Hal ini sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
لُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kalian dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah
kalian dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’ [21] : 35)
Barang siapa yang bersabar menghadapinya niscaya
ia meraih kesuksesan. Demi mempertahankan kebenaran, sang ibu dan buah hatinya
bersabar dibakar di api yang berkobar, akhirnya mereka sukses meraih kabar
gembira berupa surga yang dipenuhi kenikmatan. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada
kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.
al-Baqoroh [2] : 155)
Ummu Sulaim rodhiallohu anha tabah dan
sabar menghadapi kematian anaknya, namun pada akhirnya ia menuai kesuksesan. Ia
memperoleh keturunan sembilan putra penghafal al-Qur’an.
Marilah kita bersabar dan beradu kesabaran dalam
mengarungi kehidupan dunia ini. Semoga kita meraih kesuksesan besar, yaitu
dimasukkan ke dalam surga-Nya dan dijauhkan dari api neraka yang menyala-nyala.
Alloh ta’ala berfirman:
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ
فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“…Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imron
[3]: 185)
Wallohu ta’ala a’lam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar