Halaman

Cahaya Pengetahuan Muslim

Jumat, 27 Februari 2015

Jurus Menjadi Pengusaha Sukses dan Bertaqwa


Islam merupakan agama (din) yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam berbisnis dan usaha. Banyak kita saksikan saat ini para pebisnis yang memisahkan antara aktivitasnya itu dengan nilai-nilai ajaran Islam, dan hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap diri maupun usaha atau bisnis yang mereka jalani. Baik kerugian di dunia maupun akhirat. Padahal syari’at Islam telah memberikan panduan bagi umatnya dalam berbisnis agar dapat meraih kesuksesan dan keridhoan dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Berikut ini adalah kiatnya:
  1. Ketulusan Niat
Niat adalah dasar dan pembangkit segala bentuk ucapan dan tindakan. Bila niat Anda tulus dan luhur, niscaya ketulusan niat ini terpancar dalam ucapan dan tindakan Anda. Seorang pebisnis yang menjalankan aktivitasnya dengan niat Ibadah, maka ia akan mendapatkan pahala di sisi Alloh ta’ala. Dan seorang muslim ketika menjalankan perniagaannya hendaknya dalam rangka menjaga kehormatan dirinya, sehingga (dia) tidak merendahkan diri dengan meminta-minta. Dengan berniaga, keluhuran jiwa seorang muslim terbukti dengan tercukupinya kebutuhan dan nafkah setiap orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Rosululloh sholallohu alaihi wasallam bersabda:

“Andai salah seorang di antara kalian pergi mencari kayu bakar dan memanggulnya di atas punggungnya, sehingga dengan itu ia dapat bersedekah dan mencukupi kebutuhannya (tidak meminta-minta kepada) orang lain, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik orang itu memberinya atau menolak permintaannya, karena sesungguhnya tangan yang (berada) di atas lebih utama daripada tangan yang (berada) di bawah. Mulailah (nafkahmu dari) orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (HR. al-Bukhori)
  1. Tangguh dan Pantang Menyerah
Di antara kepribadian pengusaha muslim yang membedakannya dari selainnya ialah ketangguhan mental dan jiwanya. Berbagai aral yang melintang di jalan hidupnya tidak menjadikan semangatnya luntur. Kegagalan dan tantangan, yang kadang menghiasi perjuangannya, tidak menjadikannya lemah dan kendur semangat. Dia akan selalu optimis dan menatap masa depan dengan penuh kepercayaan. Dan Islam sama sekali tidak memperbolehkan umatnya untuk bersikap malas, loyo ataupun patah semangat.
  1. Tawakal
Sebagai pebisnis, ketika anda beriman kepada Alloh, maka hal ini tidak menjadikan Anda bertopang dagu dan pasrah dengan setiap kenyataan. Keimanan terus mendorong Anda untuk berusaha tanpa kenal lelah. Walau demikian, Anda menyerahkan hasil dari usaha keras Anda kepada kehendak dan karunia Alloh. Hal ini dikarenakan semua rizki yang kita peroleh adalah pemberian dari Alloh. Sebagaimana Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:

… نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ 

“… Kamilah yang menentukan, di antara mereka, penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lainnya beberapa derajat, agar mereka dapat mengambil manfaat satu sama lain.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 32)

Kita juga dapat melihat betapa indah gambaran Rosululloh sholallohu alaihi wasallam tentang tawakal berikut ini, Beliau bersabda:

“Andai engkau bertawakal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, niscaya Alloh memberimu rezeki sebagaimana Alloh memberi rezeki kepada burung yang di pagi hari meninggalkan sarangnya dan ketika senja hari tiba, ia telah kenyang.” (HR. Ahmad)

Coba Anda cermati burung-burung yang ada di sekitar rumah. Di pagi hari, adakah burung yang tidak meninggalkan sarangnya? Bila ada, maka dapat dipastikan itu adalah burung yang sedang sakit. Dengan demikian, tawakal yang benar tidak menyebabkan Anda menjadi manusia pemalas. Akan tetapi, tawakal menjadikan Anda dapat menatap hari esok dengan penuh percaya diri tanpa ada kekhawatiran sedikit pun.
  1. Kesibukan Berbisnis Tidak Menghalangi Anda untuk Mengingat Alloh
Di antara karakter pebisnis muslim yang sangat indah dan membedakan Anda dari pengusaha kafir ialah bahwa Anda senantiasa ingat kepada Alloh I. Dengan demikian, Anda senantiasa menjalankan kewajiban ibadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala tanpa terganggu oleh berbagai aktivitas perniagaan Anda. Hal ini berdasarkan firman Alloh:

 رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ 

“Laki-laki yang tidak terlalaikan dari mengingat Alloh, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, (disebabkan) oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli. Mereka takut kepada suatu hari yang, di hari itu, hati dan penglihatan berguncang.” (QS. An-Nur [24]: 37)

Anda senantiasa sadar dan selalu ingat bahwa Alloh I mengetahui setiap perbuatan dan ucapan Anda. Anda pun percaya bahwa setiap ucapan dan perbuatan Anda pastilah mendapat balasan yang setimpal. Kesadaran ini menjadikan Anda waspada dan tidak menghalalkan segala macam cara dalam mencari keuntungan niaga. Baik dengan menipu, mengurangi timbangan atau yang lebih parah dari itu yakni mendatangi dukun agar perniagaan Anda laris terjual. Dan jangan pernah khawatir dengan rizki dari Alloh, yang menjadikan anda berbuat kecurangan.

Sebagaimana Rosululloh sholallohu alaihi wasallam bersabda:
“Jangan pernah engkau merasa (seluruh) rezekimu terlambat datang, karena sesungguhnya tiada seorang pun hamba yang mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir yang ditentukan untuknya. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Alloh dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR.  Ibnu Majah)

Hal penting juga untuk diingat adalah, jangan tinggalkan atau menunda sholat hanya karena masalah duniawi berupa perniagaan ataupun transaksi bisnis yang menjanjikan keuntungan besar. Harus anda ingat, bahwa harta kekayaan dunia bukanlah standar keberhasilan, baik di dunia atau akhirat. Harta kekayaan hanyalah titipan dan bahkan ujian, adakah Anda bersyukur atau sebaliknya, kufur. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ 

“Dan ketahuilah bahwa harta benda dan anak keturunanmu hanyalah cobaan, dan sesungguhnya Alloh, di sisi-Nya terdapat pahala yang agung.” (QS. al-Anfal [8]: 28)

Anda percaya bahwa keberhasilan hidup tidaklah diukur dari banyak atau sedikitnya kekayaan Anda. Terlalu rendah dan hina bila kesuksesan hidup diukur dengan materi. Hal ini juga disabdakan oleh Rosululloh sholallohu alaihi wasallam, “Andai dunia beserta isinya adalah seberat sayap nyamuk, niscaya Alloh tidak pernah memberi kesempatan kepada orang kafir untuk meneguk walau hanya seteguk air minum.” (HR. at-Tirmidzi)
  1. Jujur
Syariat Islam mengajarkan untuk selalu berbuat jujur dalam segala keadaan. Anda berlaku jujur walaupun kejujuran Anda dapat menimbulkan kerugian pada diri Anda sendiri. Hal ini lebih baik daripada Anda berbohong demi meraih keuntungan dunia yang fana, dan tak setara sayap serangga. Kejujuran dalam berniaga ini sangat ditekankan oleh Rosululloh, sebagaimana beliau sholallohu alaihi wasallam pernah berseru:

“Wahai para pedagang!” Spontan mereka menegakkan leher dan pandangan guna memperhatikan seruan Rosululloh. Lalu, beliau bersabda, “Sesungguhnya, kelak di hari kiamat, para pedagang akan dibangkitkan sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa kepada Alloh, berbuat baik, dan berlaku jujur.” (HR. Tirmidzi)
  1. Membelanjakan Harta di Jalan yang Benar
Kesuksesan dan kekayaan, mungkin saja menjadikan Anda lalai dan lupa daratan. Betapa tidak, segala yang Anda inginkan dapat terwujud dengan mudah berkat kekayaan Anda yang melimpah. Betapa sering Anda bisa menahan diri dan bersikap bersahaja tatkala kantong Anda cekak. Namun, hal itu begitu berat untuk Anda lakukan bila kantong Anda tebal.

Keimanan dan keluhuran jiwa Andalah yang dapat menahan Anda dari sikap angkuh dan melampaui batas ketika Anda berhasil mencapai kekayaan. Yang demikian itu, karena Anda sadar bahwa suatu saat nanti kekayaan itu harus Anda pertanggungjawabkan, dari mana Anda memperolehnya dan untuk tujuan apa Anda membelanjakannya.

“Kelak, pada hari kiamat, tidaklah kedua kaki seorang hamba dapat bergeser hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang ia perbuat dengannya; tentang hartanya, dari mana dan ke mana ia belanjakan; dan tentang badannya, untuk apa ia gunakan.” (HR. at-Tirmidzi)

Banyak banyaklah berinfaq dan shodaqoh, sebab dengan banyak berinfaq dan bershodaqoh, maka harta Anda akan semakin berkah dan melimpah, sebagaimana Rosululloh r bersabda: “Tidaklah shodaqah itu mengurangi harta.” (HR. Muslim)

Demikianlah penjelasan singkat ini, Semoga anda menjadi pebisnis yang sukses dunia akhirat.
Wallohu ta’ala a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar